Sabtu, 21 November 2009

Tertawalah, Meski Tanpa Ada Sebab

Tahukah Anda orang dewasa hanya tertawa 15 kali dalam sehari sedangkan anak-anak bisa 300 kali dalam sehari? Melihat sesuatu yang menarik mata saja, anak-anak bisa terkekeh-kekeh. Sementara orang dewasa kadang melihat cerita komedi saja belum tentu bisa tertawa. Dunia menjadi sangat serius bagi orang dewasa.

Padahal peneliti sudah membuktikan bahwa tertawa bagus untuk kesehatan. Tertawa bisa hilangkan stres yang bisa mencegah hampir 70 jenis penyakit. Tidak pernah ada yang meragukan humor sebagai terapi. Tapi mengapa sedikit sekali orang dewasa saat yang tertawa?

Bagi anak-anak, hidup adalah sebuah permainan. Itulah yang membuatnya selalu tertawa. Namun seiring dengan bertambahnya usia, hidup menjadi lebih serius, liar, penuh konflik, persaingan yang membuat otot-otot di wajah sulit untuk menerimanya dengan tertawa.

Menurut para ahli, tertawa sangat berkaitan dengan kesehatan dari sisi medis. Di Amerika, Inggris dan negera-negara barat lainnya, sudah banyak terdapat klinik-klinik yang menawarkan terapi tertawa. Tidak masalah jika Anda tertawa tanpa sebab.

Seorang psikiater asal Mumbai, Dr Madan Kataria telah melakukan survei tentang tertawa, hampir di seluruh dunia. Pria yang dikenal sebagai pembawa gembira itu juga merupakan pendiri Laughter Club International yang sudah memiliki cabang di 70 negara bagian.

Ia menekankan, pentingnya tertawa bagi orang dewasa. "Dunia menjadi sangat serius bagi orang dewasa. Tidak ada humor di tempat kerja, bahkan anak-anak pun mulai mencontoh perilaku dewasa. Melalui klub ketawa ini, saya mencoba mematahkan keseriusan dalam hidup yang bisa memicu stres dan penyakit lainnya," ujar Kataria seperti dilansir dari Hinduonnet, Selasa (27/10/2009).

Menurutnya, yang membedakan frekuensi tertawa antara anak-anak dan orang dewasa adalah karena faktor logika. "Anak-anak bisa tertawa tanpa sebab karena otaknya belum mengerti tentang logika, tapi orang dewasa tertawa jika menurut logikanya ada yang lucu. Jadi jika tidak ada logikanya, ia tidak tertawa," jelas dokter yang juga penulis buku Laugh For No Reason tersebut.

Kunci dari manfaat tertawa menurutnya adalah satu, yaitu menghilangkan stres. Stres itulah yang menjadi penyebab dari hampir 70 persen penyakit. "Lebih dari 70 persen penyakit ada hubungannya dengan stres, mulai dai hipertensi, jantung, depresi, insomnia, migrain, pikun, alergi, dan lainnya," papar Kataria.

Terapi dan meditasi tertawa dikombinasikan dengan Hasya Yoga yang dipandu oleh seorang Yogic Laughter. Langkah awalnya yaitu dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu pemanasan yang disebut dengan Ho, Ho, Ha yang dilanjutkan dengan melakukan tertawa dalam hati, tertawa pelan, cekikikan, sedang hingga terbahak-bahak. Orang yang malu atau takut tertawa pun bisa dilatih untuk bisa tertawa.

"Terapi ini adalah bentuk terapi anti stres yang lebih bersifat pencegahan penyakit. Namun mereka dengan penyakit yang sudah parah pun bisa mengikutinya. Setidaknya itu akan membuat penyakitnya tidak bertambah parah. Memulai hari dengan tertawa selama 15 menit bisa menyegarkan pikiran sepanjang hari," ujar Kataria." ujar Kataria.

Dengan tertawa, hormon anti stres (endorfin) pun akan dilepaskan yang akan mengalahkan hormon stres (cortisol, adrenalin, epinephrine) yang keluar ketika stres. Hal itu bisa mengurangi tekanan darah yang merupakan penyebab berbagai penyakit.

Studi sudah membuktikan bahwa terjadi penurunan 10-20 mm tekanan darah ketika seseorang tertawa selama 10 menit. Tertawa terbahak-bahak juga diketahui bisa meningkatkan sistem imun dalam tubuh dengan cara memicu produksi sel-sel limfosit yang bertindak sebagai pembunuh stres alami.

Tertawa bisa muncul saat menonton film lucu, berkumpul bersama teman, melakukan hobi yang disukai, membaca buku humor, atau bahkan pura-pura tertawa tanpa sebab sama sekali.

"Tidak masalah jika harus tertawa tanpa sebab. Studi sudah membuktikan manfaat tertawa, jadi apa salahnya mempraktikkan itu walaupun secara logika tidak ada hal yang patut ditertawakan?," jelas Kataria.

Minggu, 01 November 2009

Wanita di Masa Depan seperti Apa ea ?o.O

hmm..., pernah gga sih ngebayangin gy mna wanita di masa depan ?
apakah lebih tinggi ? lebih pendek ? atau gy mana nii ?
Menurut salah seorang peneliti Inggris menyatakan bahwa wanita di masa depan memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk tapi memiliki banyak anak. Ah, masa sih ?

Gambaran tersebut merupakan hasil studi yang dimuat dalam National Academy of Sciences Journal. Menurut peneliti, manusia akan terus mengalami evolusi, dan wanita akan berevolusi menjadi lebih pendek dan gemuk. Mereka juga mengatakan wanita masa depan akan punya banyak anak dan hidup lebih lama.

Studi dilakukan oleh para peneliti dari Yale University. Meskipun banyak orang percaya bahwa proses seleksi alam dan evolusi tidak terjadi lagi pada manusia, tapi seorang Evolutionary Biologist, Professor Stephen Stearns mengatakan bahwa proses evolusi bentuk reproduktif manusia masih terjadi.

Sebanyak 2.238 data medis dari wanita berumur paruh baya dan lanjut usia dari Framingham Heart Study, Massachusetts sejak tahun 1948 dianalisis oleh peneliti. Wanita-wanita tersebut dicatat tinggi badan, berat badan, kolesterol dan tekanan darahnya.

Peneliti pun menganalisa ciri-ciri fisik para wanita dan menghubungkannya dengan kecenderungan jumlah anak yang dimilikinya. Dari data tersebut, peneliti memprediksi ciri fisik wanita di masa depan dengan menggunakan sebuah sistem proyeksi dengan memasukkan data-data yang dihubungkan dengan catatan riwayat medisnya.

Faktor lingkungan seperti pendidikan, kesehatan dan pendapatan dianggap konstan. Namun dari hasil analisa data tersebut, peneliti mendapat sebuah prediksi dan kesimpulan bahwa wanita di masa yang akan datang (pendek dan gemuk) akan memiliki anak lebih banyak daripada wanita yang tinggi dan kurus.

"Jika tren yang ditemukan pada studi ini diteruskan pada 10 generasi ke depan, menurut prediksi kami, rata-rata wanita di tahun 2049 akan memiliki memiliki tinggi 2 cm lebih pendek dan 1 kilogram lebih berat daripada wanita di zaman sekarang," jelas Stearns seperti dikutip dari Themedguru, Rabu (28/10/2009).

Rendahnya kolesterol dan tekanan darah menjadi faktor penentu banyaknya anak yang cenderung dimiliki wanita-wanita di masa depan. Mereka yang punya anak di usia muda pun diketahui akan mengalami menopause lebih lambat.

Hal itu akan berpengaruhi pula pada emosi dan kebahagiaan seorang wanita, yang secara tidak langsung terkait dengan kondisi kesehatan fisik dan mental seorang wanita. Itulah asumsi para peneliti yang memprediksi wanita masa depan lebih sehat dan berumur panjang.

Tidak hanya itu, mereka pun akan menurunkan sifat genetiknya melalui kromosom yang spesifik pada anak-anak perempuan mereka di masa yang akan datang.
 

cHa-LiChiia. Design By: SkinCorner